Rabu, Desember 21, 2011

Pengobatan dengan Hidangan Makan


Oleh Indah Wulandari

Penyakit terdiri atas empat jenis, yakni panas, dingin, kering, dan basah. Setiap penyakit ditangani dengan makanan dan obat yang memiliki kualitas yang berlawanan.

Hidup sehat melalui pemilihan makanan dan pengaturan pola makan ternyata sudah menjadi bagian gaya hidup bangsa Turki Usmani sejak abad ke-15 dan ke-16 Masehi. Berbagai manuskrip membuktikan ada enam gaya hidup yang mereka lakoni untuk mencapai kesehatan prima dan upaya pencegahan terhadap paparan berbagai penyakit.

Para dokter dan ilmuwan Muslim pada era keemasan Turki Usmani telah berupaya mencari dan menemukan beragam bentuk pengobatan. Uniknya, dokter-dokter Muslim pada zaman kejayaan peradaban Islam mampu menjadikan makanan sebagai obat.

Menurut Prof Nil Sari dalam tulisannya bertajuk "Food as Medicine in Islamic Civilization" yang dirilis laman muslimheritage, dokter Muslim seperti Ibnu Sina (980-1037 M) dan Ibnu al-Baytar telah berhasil menjadikan makanan sebagai obat. Avicena-begitu masyarakat Barat biasa menyebutnya-pada abad ke-11 M sudah menulis manuskrip tentang diet dan makanan sebagai obat.

Sang dokter memasukkan resep makanan yang berkhasiat sebagai obat itu dalam ilmu kedokteran. "Dalam salah satu risalahnya, Ibnu Sina menetapkan enam aturan hidup sehat, salah satunya menyatakan bahwa makanan berfungsi obat melalui diet seimbang," ungkap Kepala Departemen Sejarah dan Etika Pengobatan dari Universitas Istanbul, Turki, Prof Nil Sari.

Rahasia pengobatan dengan makanan ini tak hanya terletak dari fungsinya sebagai pemenuh kebutuhan nutrisi tubuh, tapi juga terletak pada kandungan gizi dalam makanan tertentu yang bisa menjadi sumber kekebalan tubuh. Selain itu, pengaturan pola makan serta diet agar menghindari makanan yang  mengandung zat mubazir bagi tubuh sangat diperhatikan.

Bukti nyata keampuhan pengaturan makanan bagi tubuh membuat para dokter Muslim pada era keemasan pun akhirnya menerapkan diet kepada para pasiennya. Ilmuwan dan dokter Muslim al-Razi juga menekankan pentingnya penyembuhan penyakit melalui pola makan.

"Jika kamu dapat menyembuhkan seseorang dengan diet (mengatur pola makan) maka jangan menyarankan pengobatan," ujar Prof Nil Sari, mengutip pernyataan al-Razi.

Mereka percaya keseimbangan konsumsi sayuran, buah-buahan, dan mineral dari pemakaian garam bisa menghasilkan unsur kimiawi khusus dalam tubuh. Meskipun saat itu para ilmuwan Muslim belum menemukan unsur kandungan karbohidrat, protein, serta vitamin dalam makanan, mereka bisa mengombinasikan secara sempurna bahan makanan tadi.  

Menurut Prof Nil Sari, prinsip kesehatan dan nutrisi seimbang dalam pengobatan Turki Usmani didasarkan pada teori "unsur" dan "humours". Dia  mengungkapkan, tubuh manusia memiliki empat unsur atau sifat, yakni panas, dingin, basah, dan kering. Selain itu, dalam tubuh manusia juga terdapat empat zat cair atau humours, yakni darah, dahak atau lendir, cairan empedu kuning, dan cairan empedu hitam.

Berdasarkan teori unsur dan humor yang ada dalam tubuh manusia, makanan diklasifikasikan dalam empat jenis. Makanan dan minuman tadi dapat memengaruhi keseimbangan humor. "Makanan dan minuman secara alami membangkitkan darah. Karena penyakit juga terdiri atas panas, dingin, kering dan basah, penyakit bisa dirawat dengan makanan atau pengobatan," terang Nil Sari.

Makanan dan minuman yang berpengaruh dalam keseimbangan humor juga diklasifikasikan berdasarkan teori elemen, seperti panas, dingin, kering, serta basah. Menurut Prof Nil Sari, makanan dingin bisa membentuk dahak, contohnya mentimun, labu, serta selada. Makanan dingin menyebabkan kelemahan.

Sedangkan, makanan panas, lanjut dia, secara alami membentuk cairan empedu kuning. Makanan panas adalah makanan yang mengandung rempah-rempah dan bumbu, seperti jahe, lada, ketumbar kering, kayu manis, bawang, serta bawang putih.

"Sedangkan, makanan kering akan membentuk empedu hitam, itu karena sifatnya melankolis," papar Nil Sari. Makanan jenis ini, kata dia, bisa mengatasi seseorang yang kehilangan nafsu makan dan sembelit. Makanan yang termasuk jenis itu, antara lain, padi, kacang-kacangan, dan daging kering.

Jenis lainnya adalah makanan basah yang memiliki ciri tak terlalu berasa asin, manis, asam, atau pahit. Makanan ini dapat mengurangi efek. Mi dan bayam yang dimasak dengan nasi dan daging merupakan contoh makanan basah.

Menurut Prof Nil Sari, makanan juga diklasifikasikan berdasarkan pencernaan, yakni makanan lembut dan makanan kasar. Makanan lembut bisa membantu mengusir residu dalam makanan. Mengonsumsi makanan lembut juga berfungsi untuk memanaskan darah serta memproduksi cairan empedu kuning.

Makanan seperti itu lebih banyak terkandung dalam sayuran (terutama lobak dan sawi), kaldu daging, kuning telur, hati, daging domba, kacang dan sup buncis, burung merpati muda, burung pipit, acar, bawang, bawang putih, acar lobak dengan cuka, serta acar gula bit dengan sawi.

Sebaliknya, makanan bersifat kasar seperti roti gandum murni, buah yang masak di pohon, serta buah ara matang bisa memberikan kekuatan penuh. Prof Nil juga memaparkan sayuran dan buah-buahan sebagai makanan yang menyembuhkan. Contohnya buah ara, anggur yang masak penuh, dan biji-bijian.

Menurut Prof Nil Sari, penyakit pun terdiri atas empat jenis, yakni panas, dingin, kering, dan basah. "Setiap penyakit ditangani dengan makanan dan obat yang memiliki kualitas yang berlawanan," paparnya. n ed: asep nur zaman


Dua Jenis Hidangan yang Populer

Pada abad ke-17 Masehi, seorang penulis asal Turki Evliya Celebi mengungkapkan, ada beberapa jenis makanan yang biasa diberikan kepada pasien di Rumah Sakit Fatih Sultan Mehmet Han Mental dan di Rumah Sakit Bayezid di Edirne.

Daging burung
Makanan itu adalah daging burung dan ikan yang disajikan sebagai obat. "Makanan lezat dari daging burung disediakan kepada pasien setiap dua kali sehari," papar Prof Nil Sari mengutip pernyataan Evliya Celebi. Beragam jenis daging burung berkhasiat obat yang biasa dihidangkan untuk para pasien itu, antara lain, ayam hutan, burung bulbul, burung pipit, dan burung dara.

Daging burung itu dimasak dan dihidangkan untuk penderita cacat dan merawat orang sakit saraf. Menurut Prof Nil Sari, daging atau lemak bisa diterapkan untuk obat luka luar dan dalam. Selain itu, daging burung juga bisa digunakan untuk merawat penyakit otot dan sistem kegelisahan serta meningkatkan kejantanan. Masing-masing spesies burung memiliki efek yang berbeda-beda.

Contohnya, daging bebek bisa mengobati suara serak, menghilangkan gas dalam perut, meningkatkan kejantanan, serta menggemukkan dan memperkuat badan. Rasa sakit bisa diredam dengan lemak dari daging unggas atau burung tadi. Fungsi lainnya, lemak bebek membersihkan dan mempercantik kulit.

Cara memasak burung atau unggas untuk kebutuhan pengobatan biasanya dicampur dengan rempah-rempah dan tumbuhan obat. Kaldunya dapat dibuat dari ayam muda, ayam betina, atau ayam jantan. Nutrisi keduanya membentuk unsur kimiawi obat, terutama bagi bagian otak, testikel, dan kotoran dalam badan yang sedang bereaksi.

Dari praktik pengobatan ini diketahui jika ayam jantan muda yang belum bisa berkokok paling baik untuk dijadikan obat. Sedangkan, ayam betina paling baik saat belum menghasilkan telur.

Konsumsi Ikan
Tak hanya itu, jenis ikan-ikanan juga berfungsi serupa dengan unggas. Beberapa jenis ikan yang bisa dimanfaatkan sebagai obat, seperti goby, turbot, belut, gurame, bass laut, tombak, mullet merah, ikan laut plaice, ikan biru, ikan air tawar, picarel, mullet abu-abu, dan bonito. Jenis ikan lainnya, seperti ikan makarel, ikan selayar, dan juga ikan lumba-lumba bisa digunakan sebagai obat.

Jenis ikan yang paling baik untuk pengobatan adalah mullet merah, goby, dan ikan kalajengking. "Ini semua tertuang dalam buku medis dalam era peradaban Islam. Yakni, tentang ikan merupakan makanan yang paling baik di mana mereka menangkap, bagaimana memasaknya, dan ikan apa yang harus dimakan atau tidak," jelas Nil Sari.

Nil Sari menemukan jika ikan memiliki sifat dingin secara alami. Maka, karakteristiknya memiliki sifat tenang dengan humor panas. Sehingga, ikan-ikanan bermanfaat dalam kasus penyakit alami panas. "Contoh, ikan baik untuk batuk kering, penyakit kuning, kelelahan, dan disentri. Telur ikan juga bisa memperbaiki tingkat kejantanan dan baik untuk batuk dan disentri," ujarnya.  indah wulandari, ed: asep nur zaman
(-)

 http://rol.republika.co.id/koran/36/150160/Pengobatan_dengan_Hidangan_Makan    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar