Senin, Juli 12, 2010

Zaid Kesayangan Nabi saw


Ibunya Su’di binti Tsa’labah pernah membawanya berziarah kerumah salah seorang keluarganya di bani Ma’an, saat itu beliau berumur 8 tahun, saat dia tinggal ditengah kaumnya secara tiba-tiba penduduk Ma’an
diserang oleh sekelompok orang yang memusuhi mereka, hingga akhirnya
mereka kalah dan menjadi tawanan termasuk Zaid, lalu ibunya kembali ke
rumahnya (suaminya) sendirian dan tidak pernah mendengar kembali berita
tentang Zaid hingga terus mencarinya karena rindu atasnya. Membawa
tongkat diatas pundaknya, berjalan mengitari perumahan menyusuri padang
pasir, bertanya ke setiap kabilah dan kafilah yang lewat tentang
anaknya dan buah hatinya, dan pada saat musim haji dan perdagangan
tiba, orang-orang dari kabilah Haritsah pergi kesana dan bertemu dengan
Zaid bin Haritsah di Mekkah, dan mereka menceritakan keadaan kedua orang tuanya dan
Zaid menceritakan kejadian yang sebenarnya; bagaimana Banu Al-Qayn
menyerang kabilah ibunya dan mereka menahannya, kemudian dijual di
pasar Ukaz kepada seseorang dari Quraisy yang bernama Hakim bin Huzam
bin Khuwailid, kemudian dihadiahkan kepada bibinya Khadijah binti
Khuwailid dan diserahkan kembali ke suaminya Muhammad bin Abdullah,
maka beliaupun menciumnya dan memeluknya. Kemudian berkata kepada para
hujjaj dari kaumnya : berikanlah kabar ini kepada bapak dan ibu saya
bahwa saya berada dalam asuhan orang tua yang paling mulia.

Setelah rombongan kembali dari Mekkah mereka menceritakan perihal Zaid
kepada orang tuanya, namun Haritsah sama sekali tidak mengetahui tempat
tinggal anaknya sampai dia dan saudaranya memutuskan untuk pergi ke
Mekkah dan bertanya tentang Muhammad bin Abdullah, dikatakan kepadanya :
bahwa dia (Muhammad) berada di Ka’bah, -saat itu nabi belum diangkat
menjadi Rasul- maka keduanya masuk ke rumah tersebut dan berkata :
Wahai putra Abdul Mutthalib, wahai putra dari kaum yang mulia, kalian
adalah penduduk yang menjaga rumah Allah dan tetangga darinya, pembebas
orang yang kesusahan, pemberi makan orang yang ditawan, kami datang
untuk mencari anak kami, maka kabulkanlah permohonan kami, dan
berikanlah kebaikan dalam menebusnya, maka nabipun memberikan pilihan
kepada Zaid, maka Nabi berkata kepada keduanya : “Panggilah Zaid,
berikan kebebasan kepadanya untuk memilih, jika dia memilih kalian maka
dia milikmu tanpa ada tebusan, namun jika dia memilih saya maka demi
Allah tidaklah saya orang yang memilih kepada saya mengiginkan tebusan”.

Maka Haritsah bergembira atas perkataan Nabi, kemudian dia berkata
kepadanya : sudikah engkau memberitahukan asal-usul kami, memberi bekal
kepada kami dan memberikan kebaikan kepada kami. Setelah Zaid tiba,
nabi bertanya kepadanya : tahukah engkau siapa mereka ? Zaid berkata :
ya, dialah Bapakku, dan yang satu lagi Pamanku, kemudian Rasul berkata
kepada Zaid : adapun Saya, Engkau telah mengetahui dan melihat, sebagai
teman bagimu, apakah engkau memilih saya atau mereka ? Zaid berkata :
saya bukanlah orang yang engkau paksa untuk memilih, engkau dihadapan
saya memiliki kedudukan sebagai Bapak dan Paman. Saat itu pula Bapaknya
dan Pamannya kaget dan tercengang lalu berkata : celaka engkau wahai
Zaid, apakah engkau lebih memilih menjadi budak daripada merdeka di
tengah orang tuamu dan pamanmu serta keluargamu. Zaid berkata : benar,
saya telah mengetahui perihal orang ini yang saya tidak memilih
seorangpun selainnya”.

Setelah Rasulullah saw melihat kejadian tersebut beliau sangat
bergembira hingga air matanya menetes lalu menarik Zaid dan kaluar dari
batu Ka’bah mengelilngi orang-orang Quraisy yang sedang berkumpul, lalu
berseru : “Saksikanlah mulai saat ini Zaid adalah anakku, dia berhak
menjadi ahli waris dariku dan aku berhak menjadi ahli waris darinya”.
(Ibnu Hajar). Setelah Bapak dan Pamannya melihat kejadian tersebut
keduanya pasrah. Dan semenjak itu pula Zaid di Mekkah tidak dipanggil
oleh seseorang kecuali dengan menyebut Zaid bin Muhammad, kemudian
setelah Nabi diangkat menjadi Rasul, Zaid ikut masuk Islam dan menjadi
orang kedua yang pertama masuk Islam, sedangkan Rasulullah saw sangat
mencintai dan menyayangi beliau.

Setelah Rasulullah saw mengizinkan para sahabatnya berhijrah ke Madinah
Zaid ikut serta berhijrah, dan Rasulullah saw mempersaudarkannya
dengan Asid bin Khadir, dan pada saat itu Zaid masih dipanggil dengan
Zaid bin Muhammad hingga turun firman Allah SWT : “Panggilah mereka
(anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka”.
(Al-Ahzab:5), maka saat itu pula Zaib dipanggil nama dengan Zaid bin
Haritsah, dan Rasulullah saw menikahkannya dengan tuannya Ummu Aiman dan
melahirkan anak yang bernama Usamah bin Zaid, kemudian menikahkannya
kembali dengan putri pamannya Zainab binti jahsy, namun kehidupan
berlangsung tidak harmonis sehingga Zaid pergi menghadap Rasulullah saw
mengadukan hal tersebut, maka Rasulullah saw memerintahkannya untuk
menahannya dan bersabar atasnya, namun Allah SWT memeirntahkan kepada
Rasul-Nya untuk menceraikan Zainab dari Zaid kemudian beliau menikahi
mantan istri dari Zaid, yang demikian untuk menghilangkan persepsi
kebiasaan mengadopsi anak yang telah menjadi adat dikalangan jahiliyah,
bahwa pada waktu itu anak angkat diperlakukan seperti anak sendiri,
Allah berfirman : “Dan (ingatlah), ketika kamu berkata kepada orang
yang telah Allah melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu (juga) telah
memberi nikmat kepadanya : “Tahanlah terus istrimu dan bertaqwalah
kepada Allah”, sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang telah
allah menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedamg Allah-lah
yang lebih berhak untuk kamu takuti. Maka tatkala Zaid telah mengakhiri
keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), kami kawinkan kamu dengan
dia, supaya tidak ada keberatan bagi orang mu’min untuk (mengawani)
istri-istri anak-anak angkat mereka, jika anak-anak angkat itu telah
menyelesaikan keperluannya daripada istrinya. Dan adalah ketetapan Allah
itu pasti terjadi”. (Al-Ahzab:37)

Dan cukuplah bagi Zaid mendapatkan kebanggaan namanya dicantumkan dalam
Al-Qur’an Al-Karim, dan kemudian Rasulullah saw menikahkan beliau
dengan Ummi Kultsum binti Uqbah.

Zaid merupakan seorang panglima perang yang gagah berani, dan terbaik
dalam membidik panah, ikut dalam perang Badr, dan menjadi perisai
terhadap tubuh Nabi saat perang Uhud, ikut dalam perang Khandak,
perjanjian Hudaibiyah, penaklukan Khaibar, dan perang Hunain, dan
Rasulullah saw menjadikan sebagai panglima dalam 7 kali perang gerilya :
Al-jumu’, Al-thorf, al-‘aish, hismi dan lain-lainnya, Aisyah pernah
berkata tentangnya : “Rasulullah saw tidak pernah sama sekali mengutus
bala tentara kecuali mengangkat Zaid sebagai panglimanya”.

Saat tentara Romawi mengubah perbatasan negara Islam dan menjadikan
Syam sebagai pusat pemerintahan mereka; Rasulullah saw mengirim pasukan
ke daerah Balqo di bagian negara Syam, dan memberikan wejangan dan
pesan kepada para prajuritnya setelah menunjuk Zaid bin Haritsah
sebagai pemimpin pasukan, beliau bersabda : “jika Zaid terluka (syahid)
maka penggantinya adalah Ja’far bin Abu Tholib, dan jika Ja’far
terluka maka penggantinya adalah Abdullah bin Rowahah”. (Ibnu Ishaq).

Setelah pasukan muslim berjalan dan saat tiba disamping kota yang
bernama mu’tah, pasukan muslim bertemu dengan pasukan Romawi yang
jumlahnya melebihi 200 ribu tentara, hingga terjadilah peperangan yang
sengit, dan Zaid dengan gagah maju ke tengah pasukan musuh tidak
mengindahkan jumlah dan perlengkapan mereka, dengan mengayunkan
pedangnya ke kiri dan ke kanan sambil membawa bendera di tangan yang
lainnya, dan ketika pasukan musuh melihat keberanian beliau mereka
menikamnya dari belakang hingga akhirnya beliau menemui syahidnya sambil
memegang bendera tersebut, dan Rasulullah saw pun berdo’a untuknya :
“Mohonkanlah ampunan untuk saudara kalian, sungguh (Zaid) telah menemui
cita-citanya untuk masuk surga”. (Ibnu Sa’ad).




TAMASYA KE SURGA




Dengarkanlah Ibnu Al-Qayyim rahimahumullah ketika ia menjelaskan tentang moment yang besar yakni momentum pertemuan yang agung, Diantara para Awliya dan juga para hamba-hamba-Nya yang paling shaleh ketika mereka Kemuliaan dan Kebesara Wajah-Nya.

Dengarkan dan bayangkanlah seolah kalian bersama mereka. Semoga Allah.SWT Memasukan kalian dan saya menjadi salah satu diantara mereka.

Ibnu Al-Qayyim rahimahullah berkata: Jika anda bertanya tentang hari penambahan dan hari kunjungan kepada Allah Al-Aziz Al-Hamid, kemudian melihat wajah-Nya yang bersih dari segala macam perumpamaan dan penyerupaan terhadap segala sesuatu. Sebagaimana yang disabdakan oleh orang yang paling benar ucapannya Rosulullah.SAW, sehingga pasti akan terjadi, maka dengarkanlah ketika

penyeru memanggil : "Wahai sekalian penghuni syurga! Sesungguhnya Rabb kalian meminta kalian berkunjung kepada-Nya, maka mari kita berkunjung kepada-Nya!"

Penghuni Syurga menjawab : "Kami dengar dan patuh!" hingga, mereka berhenti dilembah yang harum yang dijadikan tempat berkumpul, merekapun berkumpul dilembah yang luas tersebut.
Tidak ada satupun malaikat yang meninggalkan mereka, Rabb Tabaraka wa Ta'ala meminta kursi-Nya diambi dan ditempatkan dilembah tersebut. Kemudian, mimbar-mimbar dari cahaya disiapkan bagi mereka, mimbar mutiara lu'lu, mimbar mutiara zabarjad, mimbar emas dan mimbar perak
penghuni syurga yang paling rendah kelasnya duduk diatas bukit pasir dari kasutri. (mereka tidak pernah melihat ada orang yang mempunyai kursi seindah kursi mereka ) Hingga ketika mereka telah duduk dikursi dan tempatnya masing-masing dengan nyaman.

penyeru memanggil: "Wahai penghuni syurga! Sesungguhnya kalian mempunyai janji disisi Allah yang hendak Allah berikan kepada kalian!"

Mereka berkata: "Janji apa yang dimaksud? Bukankah Allah telah membuat wajah kami putih, memperberat timbangan kami, memasukan kami kedalam syurga dan menjauhkan kami dari neraka?"

ketika mereka dalam keadaan seperti itu, Tiba-tiba sinar memancar sehingga pancarannya menerangi sekeliling syurga! Mereka mengangkat kepala mereka, dan melihat : Ternyata Allah Al-Jabar Yang Maha mulia dan suci asma'-Nya melihat mereka dari atas mereka

Seraya berfirman : "Wahai penghuni syurga!" salam sejahtera untuk kalian!"

Salam tersebut, mereka jawab dengan sura mereka yang paling merdu : "Ya Allah, Engkau adalah kesejahteraan dan dari Engkaulah kesejahteraan itu. Engkau Maha mulia, wahai Dzat yang mempunyai keagungan dan kebesara.

Lalu Allah Tabaraka wa Ta'ala tertawa kepada mereka dan berfirman :"Mana hamba-hamba-Ku yang taat kepada-Ku tanpa melihat-Ku? Inilah hari penambahan itu!"

Maka, mereka memberikan jawaban yang sama : "Kami telah ridha, maka ridhailah kami!

Allah.SWT berfirman : "Wahai sekalianpenghuni syurga!" Jika Aku tidak ridha kepada kalian, maka Aku tidak menempatkan kalian kedalam syurga-Ku! inilah hari penambahan itu! Maka mintalah apa saja kepada-Ku!"

Maka mereka bersepakat terhadap satu permintaan : "Perlihatkan wajah-Mu agar kami bisa melihat-Nya!"

Kemudian Allah.SWT membuka tirai-Nya dan Allah terlihat oleh mereka dan Cahaya Allah menutupi mereka. Sekiranya Allah.SWT memutuskan mereka untuk terbakar, maka mereka pasti terbakar.

Semua yang ada di lembah tersebut berbicara dengan Allah Ta'ala hingga Allah berkata : "Hai fulan, ingatkah engkau bahwa pada suatu hari melakukan ini dan itu?"

Allah Ta'ala juga menyebutkan beberapa pelanggaran yang telah dikerjakannya di dunia. Kemudian orang tersebut berkata :
"Wahai Tuhanku, apakah Engkau tidak memberikan ampunan kepadaku?"

Firman Allah : "Justru karena ampunan_Ku, engkau tiba di tempat ini."

Duhai betapa nikmatnya telinga mendengar suara tersebut, Betapa sejuknya mata tatkala melihat wajah Allah Yang Maha mulia di akhirat kelak.


***

Eksistensi Surga

Eksistensi Surga diterangkan dengan sangat jelas dalam beberapa keterangan Al-Qur’an dan hadits Nabi yang semuanya harus kita imani.

Sementara Golongan Qadariyah dan kalangan Mu’tazilah beranggapan bahwa surga baru diciptakan kelak di hari akhirat. Menurut Ibnu Qayyim ini adalah pendapat yang nyeleneh. Pendapat yang paling rajih menurutnya adalah pendapat Ahlu Sunnah yang menyatakan bahwa surga itu telah diciptakan oleh Allah, diantara alasannya adalah:

1. Dalam perjalanan mi’raj Nabi melihat surga (QS. An-Najm: 13-15)
2. Dalam beberapa hadits disebutkan bahwa Allah memperlihatkan tempat duduk ahli surga atau ahli neraka saat di alam barzah; Ada hadits yang menyebutkan bahwa ruh orang mu’min dimasukkan ke dalam surga berwujud burung yang bertengger di pohon surga; Selain itu diceritakan dalam salah satu hadit bahwa Jibril disuruh melihat surga, dll.

Pintu Surga

Keberadaan pintu gerbang surga disebutkan oleh Allah dalam surat Az-Zumar ayat 73. Dalam hadits disebutkan bahwa luas pintu surga itu adalah baina Makkata wa Hajaro au Hajaro wa Makkata, seperti jauhnya Makkah ke Hajar (kurang lebih 1160 km). Namun kelak manusia akan berdesak-desakan didepannya. Kunci pembuka pintu surga adalah kalimat syahadah, dan jalan menuju padanya hanyalah satu yakni Islam (QS. Al-An’am: 153).

Walid bin Muslim dari Khalid dari Hasan menyampaikan bahwa pintu-pintu di surga itu transparan, bagian dalamnya terlihat dari luar dan bagian luarnya terlihat dari dalam (lihat QS. Shaad: 50). Ia bisa diajak bicara, artinya bisa menutup dan membuka sesuai keinginan penghuninya.

Dimanakah Surga?

Di dalam hadits disebutkan bahwa surga itu berada di langit, tempat yang sangat tinggi. Terdiri dari 100 tingkat, setiap 2 tingkat jauhnya seperti langit dan bumi. Dan surga yang tertinggi adalah surga Firdaus. Tapi ada satu tempat yang lebih tinggi darinya dan diperuntukkan bagi satu orang saja, tempat itu disebut Al-Wasilah. Nabi sangat berharap bahwa beliaulah yang akan menempatinya.

Nama-nama Surga

Surga itu bermacam-macam, nama-namanya disebutkan dalam Al-Qur’an diantaranya adalah: Al-Jannah, Darussalam (negeri sejahtera), Darul Khuldi (negeri kekal), Darul Muqamah (tempat kediaman), Jannatul Ma’wa (tempat tinggal), Adn, dll.

Orang yang pertama mengetuk pintu Surga

Muhammad saw adalah orang yang pertama kali mengetuk pintu surga, dan umat beliaulah yang akan pertama kali memasukinya. Ada 70.000 orang yang akan memasukinya tanpa hisab, wajahnya bagaikan rembulan, mereka masuk dengan bergandeng tangan. Siapakah mereka? Mereka adalah orang-orang yang murni ketauhidannya dan senantiasa bertawakkal kepada Allah, demikian kata Nabi.

Allah melimpahkan keistimewaan kepada mereka, bahwa setiap 1000 orang dari mereka dapat menyelamatkan 70.000 orang dari neraka, ditambah tiga cidukan Allah azza wa jalla. Subhanallah wallahu akbar.

Gambaran Surga

Tanah dan lumpur surga terbuat dari zafaran, berupa tepung putih beraroma kesturi dan sangat bersih. Cahaya surga itu berwarna putih, bersinar terang, aromanya semerbak. Disana terdapat gedung megah dan sungai-sungai yang mengalir. Ada istri-istri yang cantik jelita, perhiasan-perhiasan yang banyak, tanaman-tanaman, berbagai macam kesenangan dan kenikmatan di tempat yang tinggi. Siapkah Anda memasukinya? Katakan: “Insya Allah”.

Di surga terdapat Ghuraf yakni bangunan transfaran yang tinggi, diberikan bagi mereka yang baik ucapannya, suka memberi makan orang lain, rajin berpuasa dan shalat malam. Juga diberikan kepada orang-orang yang membangun masjid dan tabah menghadapi ujian dan kesedihan.

Setiap mu’min mengenal tempat tinggalnya di surga walaupun ia belum pernah melihat sebelumnya.

Kondisi fisik orang mu’min ketika memasuki surga itu mirip Adam, tingginya 60 hasta, berambut pendek, belum berjenggot, dan matanya bercelak. Tampilannya bagaikan orang berusia sekitar 30 tahun. Allah menjadikannya seperti itu walaupun ia mati dalam keadaan anak-anak atau pun tua renta.

Hidangan pertama penduduk surga adalah sekerat daging dari hati ikan paus dan minumannya adalah salsabila. Setelah itu mereka makan daging sapi jantan.

Menurut riwayat dari Nabi, aroma surga bisa dicium dari jarak 100 tahun. Tapi bagi orang-orang yang membunuh ahli dzimmah, orang-orang yang durhaka pada orang tua, orang pemutus hubungan, dan mereka yang menasabkan dirinya pada orang lain, tertutup baginya dari mencium aroma surga tersebut. Naudzubillah…

Di surga terdapat pohon Thalhu, yakni pohon bidara yang durinya diganti dengan buah-buahan yang satu butirnya terdiri dari 70 rasa yang berbeda. Ada juga pohon Thuba (QS. Waqi’ah: 31) yang naungannya sejauh perjalanan selama 100 tahun. Dari kelopak bunga pohon inilah pakaian ahli surga berasal.

Buah-buahan surga itu beraneka ragam layaknya buah-buahan di dunia (QS. Al-Baqarah: 25). Bahkan sabda Nabi menyebutkan bahwa buah-buahan dunia sebenarnya berasal dari surga, hanya saja ia berubah sedangkan buah-buahan di surga tidak berubah sama sekali.

Penduduk surga minum dari sungai-sungai di surga yang hulunya adalah dari surga Firdaus. Buah-buahannya dekat tersaji, mereka mendapatkan apa saja yang diinginkannya. Jika mereka melihat ke arah burung surga dan tertarik kepadanya, maka dengan segera burung itu jatuh ke hadapannya dalam kondisi masak dan siap dimakan. Sementara itu 70 piring beragam corak yang berbeda antara satu dengan yang lainnya telah disiapkan.

Mereka juga minum dari sungai al-kautsar yang airnya lebih putih dari susu dan lebih manis dari madu. Ia adalah minuman campuran jahe.

Tapi, meskipun makan dan minum penduduk surga itu tidak buang kotoran atau kencing. Makanan dan minumannya itu dikeluarkan melalui keringat dan sendawanya yang harum.

Pakaian ahli surga adalah sundus dan istabraq (sutra bulu halus dan tebal), keluar dari kelopak bunga pohon Thuba dan warnanya bermacam-macam, ada yang putih, merah, hijau, kuning, dan hitam. Mereka memakai gelang emas dan perak, mahkota intan berlian yang mutiaranya adalah yakut. Jika manusia di dunia ini melihat pakaian-pakaian tersebut, tentu mereka pingsan karena tidak tahan melihatnya.

Kasur mereka tebal dan empuk. Tempat mereka tinggal berhamparkan permadani yang sangat indah. Ada kemah yang tingginya hingga 60 mil dan setiap sudutnya terdapat istri-istri ahli surga; ada ranjang berderetan yang berhias, bisa merendah ataupun menaik. Tapi ranjang ini bukanlah untuk tidur, karena di surga itu tidak ada tidur sebagaimana dikatakan Nabi: “Tidur itu adalah saudara kematian. Ahli surga tidaklah tidur”.

Bagi mereka juga disediakan sofa al-arikah, yakni sofa pengantin yang dipaduakan dengan ranjang yang berhias. Di dalamnya mereka dilayani oleh pelayan-pelayan yang senantiasa muda.

Isteri-isteri penghuni surga itu muthahharah, yakni bersih dari haid, ingus, ludah, najis, dan tinja. Mereka disebut al-hur karena senantiasa muda, cantik, kulitnya mulus, bagian hitam matanya sangat hitam dan bagian putihnya sangat putih. Mereka tidak pernah digauli oleh siapapun sebelumnya, dipingit dan selalu perawan. Mereka disebut uruban karena selain cantik juga amat pandai berkomunikasi dan pandai memberikan kepuasan seksual kepada suaminya. Mereka disebut kawaaiba karena—maaf—amat montok payudaranya. Demikian disebutkan Nabi. Dan disebut huurun iin karena putih kulitnya bagai mutiara. Badan mereka transparan bagaikan yakut. Kamar mereka dari mutiara yakut dan ranjangnya dihias dengan mutiara lu’lu. Mereka tidak pernah bosan melakukan jima’. Lelaki surga tak pernah ‘loyo’ dan wanita surga tak pernah ‘sakit’. Kekuatan mereka dalam berjima’ adalah 100 kali lipat. Disebutkan juga oleh Nabi bahwa laki-laki penghuni surga itu dapat berjima’ dengan 100 perawan dalam satu petang. Mereka tidak pernah lemas, syahwatnya tidak padam dan farji wanita surga tidak pernah tertutup.

Di surga bisa juga terjadi kehamilan jika mereka menghendakinya. Tapi kehamilan, menyusui dan tumbuh berkembangnya itu terjadi dalam sesaat.

Ahli surga diberi 2 orang istri dari wanita dunia dan 70 orang istri dari wanita surga. Tapi wanita dunia itu lebih baik dari wanita surga disebabkan ibadahnya ketika di dunia. Di akhirat nanti wanita yang ketika di dunia pernah memiliki lebih dari 1 suami, boleh memilih mana yang menurutnya terbaik.

Di surga itu ada nyanyian (QS. Rum: 15). Menurut Yahya bin Abu Katsir al-habrah dalam ayat tersebut berarti paduan suara yang merdu. Bukan hanya itu, pohon-pohonan dan gesekan ranting-rantingnya pun menimbulkan suara-suara yang indah. Juga ada nyanyian bidadari untuk suaminya. Ada pula suara tasbih para malaikat yang demikian merdu.

Penghuni surga juga memiliki kendaraan berupa kuda dari mutiara yakut atau apa saja yang diinginkannya. Mereka saling berkunjung (Ash-Shafat: 50-57), penduduk surga kelas atas berkunjung ke surga kelas bawah. Tapi penduduk surga kelas bawah tidak dapat berkunjung ke surga kelas atas, kecuali mereka yang saling mencintai karena Allah.

Jika mereka saling rindu, mendekatlah ranjang-ranjang mereka dan bertemu untuk bernostalgia.

Bahasa mereka adalah bahasa Arab. Setiap hari Jum’at diselenggarakan pasar gratis, mereka pulang ke rumahnya masing-masing membawa apa saja yang diinginkannya.

Di surga ada juga kenaikan tingkat, yakni bagi mereka yang didoakan oleh anak-anaknya ketika di dunia. Mereka dipertemukan dan dikumpulkan oleh Allah (QS. At-Thur: 21) walaupun tidak sama derajatnya.

Begitulah gambaran sekilas tentang surga berdasarkan kabar yang disampaikan Nabi Muhammad saw.

Untuk siapakah kabar gembira ini?

1. Orang yang beriman dan beramal shalih (QS. 2: 25)

2. Wali-wali Allah, orang-orang yang beriman dan bertakwa (QS.Yunus: 62-64)

3. Orang yang istiqamah dalam menghamba (QS. Fushilat: 30)

4. Pengikut kebaikan (QS. Az-Zumar: 17-18)

5. Orang yang beriman, berhijrah dan berjihad (QS. At-Taubah: 20-21)

6. Orang yang mengindahkan peringatan Allah (QS. Yasin: 11)

7. Mu’min (QS. Al-Ahzab: 45-47)

8. Syuhada (Ali Imran: 169)

9. Orang yang berjual beli dengan Allah (QS. At-Taubah: 111)

10. Orang yang sabar (QS. Al-Baqarah: 155-157)

11. Orang yang khusyu dalam shalat, menjauhi hal yang sia-sia, muzaki, menjaga farji, amanah (QS. Al-Mu’minun: 1-11)

12. Muslim-muslimah yang taat, jujur, sabar, khusyu, bershadaqah, berpuasa, menjaga farj, rajin berdzikir (QS. Al-Ahzab: 35)

13. Orang yang bertaubat, memuji Allah, melawat, sujud, amar ma’ruf nahi munkar, memelihara hokum-hukum Allah (QS. At-Taubah: 112)

14. Orang yang berinfaq saat lapang/sempit, menahan amarah, pemaaf, istighfar (QS. Ali Imran: 133-136).

15. Beriman dan berjihad (QS. Ash-Shaf: 10-13)

16. Orang yang takut kepada Allah (QS. Ar-Rahman: 46)

17. Orang yang menahan hawa nafsu (QS. An-Naziat: 40-41)

Kesimpulannya adalah, kabar gembira ini adalah bagi mereka yang beriman, bertakwa, dan beramal ikhlas sesuai petunjuk Rasulullah saw.


Allaahumma innaa nas’aluka ridhooka wal jannah, wa na’uudzubika min sakhootika wa-nnaar…Yaa Allah kami memohon keridhoan-Mu dan surga, dan kami berlindung dari murka-Mu dan neraka…Amin.





Sedikit dari Banyaknya Kisah Penderitaan Rasulullah Muhammad SAW




Baihaqi memberitakan dari Abdullah bin Ja'far ra. katanya: Apabila
Abu Thalib telah meninggal dunia, mulailah Nabi SAW diganggu dan
ditentang secara terang-terangan. Satu peristiwa, beliau telah dihadang
di jalanan oleh salah seorang pemuda jahat Quraisy, diraupnya tanah dan
dilemparkan ke muka beliau, namun beliau tidak membalas apa pun.


Apabila beliau tiba di rumah, datang salah seorang puterinya, lalu
membersihkan muka beliau dari tanah itu sambil menangis sedih melihat
ayahnya diperlakukan orang seperti itu. Maka berkatalah Rasulullah SAW
kepada puterinya itu: 'Wahai puteriku! Jangan engkau menangis begitu,
Allah akan melindungi ayahmu!' beliau membujuk puterinya itu.



Beliau pernah berkata: Sebelum ini memang kaum Quraisy tidak berani
membuat sesuatu seperti ini kepadaku, sehinggalah selepas Abu Thalib
meninggal dunia, mulailah mereka menggangguku dan mengacau
ketenteramanku. Dalam riwayat yang lain, beliau berkata kepadanya
karena menyesali perbuatan jahat kaum Quraisy itu: Wahai paman!
Alangkah segeranya mereka menggangguku sesudah engkau hilang dari
mataku!



(Hilyatul Auliya 8:308; Al-Bidayah Wan-Nihayah 3:134)


Dalam riwayat yang sama dari Manbat Al-Azdi, katanya: Pernah aku

melihat Rasulullah SAW di zaman jahiliah, sedang beliau menyeru orang
kepada Islam, katanya: 'Wahai manusia sekaliani Ucapkanlah 'Laa llaaha
lliallaah!' nanti kamu akan terselamat!' beliau menyeru berkali-kali
kepada siapa saja yang beliau temui. Malangnya aku lihat, ada orang
yang meludahi mukanya, ada yang melempar tanah dan kerikil ke mukanya,
ada yang mencaci-makinya, sehingga ke waktu tengah hari.


(Majma'uz Zawa'id 6:21)


Kasih Sayang Ibu




Kiranya di dunia ini, tidak ada budi yang bisa mengimbangi ataupun membalas cinta seorang ibu. Cinta seorang ibu mengalir dalam darah dan ruh kita. Anak adalah buah cinta dari dua hati, namun ia tidak dititipkan dalam dua rahim. Ia dititipkan dalam rahim sang ibu. Selama sembilan bulan disana ia hidup dalam kesunyian sambil menghisap saripati kehidupan sang ibu. Kemudian ia keluar diantar oleh darah sang Ibu. Berikut adalah sebuah kisah tentang pengorbanan seorang ibu terhadap anak yang sangat dicintainya. Mudah-mudahan ada hikmah yang dapat diambil setelah membaca kisah ini. Dan juga dapat menambah rasa sayang kita terhadap orang tua, terutama Ibu yang telah melahirkan dan merawat kita dengan cinta kasihnya yang tulus.

Alkisah di sebuah desa, ada seorang ibu yang sudah tua, hidup berdua dengan anak satu-satunya. Suaminya sudah lama meninggal dunia karena sakit. Sang ibu sering merasa sedih memikirkan anak satu-satunya itu. Anaknya mempunyai tabiat yang sangat buruk, yaitu suka mencuri, berjudi, mengadu ayam dan banyak lagi. Sang Ibu sering menangis meratapi nasibnya yang malang, Namun ia sering berdoa memohon kepada Tuhan : "Tuhan tolong sadarkan anakku yang kusayangi, supaya tidak berbuat dosa lagi. Aku sudah tua dan ingin menyaksikan dia bertobat sebelum aku mati" Namun semakin lama si anak semakin larut dengan perbuatan jahatnya. Sudah sangat sering ia keluar masuk penjara karena kejahatan yang dilakukannya.

Suatu hari ia kembali mencuri di rumah penduduk desa, namun malang dia tertangkap. Kemudian dia dibawa ke hadapan raja untuk diadili dan dijatuhi hukuman pancung. Pengumuman itu diumumkan ke seluruh desa. Hukuman akan dilakukan keesokan hari di depan rakyat desa dan tepat pada saat lonceng berdentang menandakan pukul enam pagi. Berita hukuman itu pun sampai ke telinga si ibu, dia menangis meratapi anak yang dikasihinya dan berdoa berlutut kepada Tuhan: "Tuhan ampuni anak hamba, biarlah hamba yang sudah tua ini yang menanggung dosa nya"

Dengan tertatih tatih dia mendatangi raja dan memohon supaya anaknya dibebaskan. Tapi keputusan sudah bulat, anakknya harus menjalani hukuman. Dengan hati hancur, si ibu kembali ke rumah. Tak hentinya dia berdoa supaya anaknya diampuni, dan akhirnya dia tertidur karena kelelahan. Dan dalam mimpinya dia bertemu dengan Tuhan.

Keesokan harinya, ditempat yang sudah ditentukan, rakyat berbondong-bondong menyaksikan hukuman tersebut. Sang algojo sudah bersiap dengan pancungnya dan si anak pun sudah pasrah dengan nasibnya Terbayang di matanya wajah ibunya yang sudah tua, dan tanpa terasa ia menangis menyesali perbuatannya.

Detik-detik yang dinantikan akhirnya tiba. Namun sampai waktu yang ditentukan tiba, lonceng belum juga berdentang. Sudah lewat lima menit dari waktu yang ditentukan dan suasana sudah mulai berisik. Akhirnya petugas yang bertugas membunyikan lonceng datang. Ia mengaku heran karena sudah sejak tadi dia menarik tali lonceng tapi suara dentangnya tidak ada.

Saat mereka semua sedang bingung, tiba-tiba dari tali lonceng itu mengalir darah. Darah itu berasal dari atas tempat di mana lonceng itu diikat. Dengan jantung berdebar seluruh rakyat menantikan saat beberapa orang naik ke atas menyelidiki sumber darah. Tahukah anda apa yang terjadi? Ternyata di dalam lonceng ditemui tubuh si ibu tua dengan kepala hancur berlumuran darah. Dia memeluk bandul di dalam lonceng yang menyebabkan lonceng tidak berbunyi, dan sebagai gantinya, kepalanya yang terbentur di dinding lonceng.

Seluruh orang yang menyaksikan kejadian itu tertunduk dan meneteskan air mata. Sementara si anak meraung raung memeluk tubuh ibunya yang sudah diturunkan. Menyesali dirinya yang selalu menyusahkan ibunya. Ternyata malam sebelumnya si ibu dengan susah payah memanjat ke atas dan mengikat dirinya di lonceng memeluk besi dalam lonceng untuk menghindari hukuman pancung anaknya.

Demikianlah sangat jelas kasih seorang ibu untuk anaknya. Betapapun jahat si anak, ia tetap mengasihi sepenuh hidupnya. Marilah kita mengasihi orang tua kita masing masing selagi kita masih mampu karena mereka adalah sumber kasih Tuhan bagi kita di dunia ini. Sesuatu untuk dijadikan renungan bagi kita, gar kita selalu mencintai sesuatu yang berharga yang tidak bisa dinilai dengan apapun.