Andai saya bukan rakyat Indonesia
saya akan menutup sumur dan menguruk telaga
karena rakyat Indonesia minumnya Aqua dan Coca-Cola.
Andai saya bukan rakyat Indonesia
saya akan membuka kedai KFC di mana-mana
karena rakyat Indonesia senang makanan gaya Amerika.
Andai saya bukan rakyat Indonesia
saya akan menggusur pasar dan warung tradisional
karena rakyat Indonesia suka belanja di swalayan dan mal.
Andai saya bukan rakyat Indonesia
saya akan memasok barang-barang dari luar negeri
karena rakyat Indonesia kurang mencintai produk pribumi.
Andai saya bukan rakyat Indonesia
saya akan menghalau perusahaan sumbu kompor
karena rakyat Indonesia merasa lebih keren pakai gas elpiji.
Andai saya bukan rakyat Indonesia
saya akan meruntuhkan gedung-gedung koperasi
karena rakyat Indonesia merasa bergengsi hutang ke bank.
Andai saya bukan rakyat Indonesia
saya akan memborong tambang mineral dan gas bumi
karena rakyat Indonesia malas menggalinya sendiri.
Andai saya bukan rakyat Indonesia
saya akan bikin pabrik dan merekrut buruh Indonesia
karena rakyat Indonesia terkenal sangat murah upahnya.
Andai saya bukan rakyat Indonesia
saya tak akan menggunakan bahasa Indonesia
karena rakyat Indonesia lebih bangga berbahasa Eropa.
Andai saya bukan rakyat Indonesia
saya tak akan menulis puisi tentang penindasan negara
karena rakyat Indonesia gemar puisi derai daun cemara.
Andai saya bukan rakyat Indonesia
saya akan ambil ikan dan pulau di perbatasan Indonesia
karena rakyat Indonesia cuek pada wilayah kedaulatannya.
Andai saya bukan rakyat Indonesia
saya akan mengganti nilai-nilai UUD ’45 dan Pancasila
karena rakyat Indonesia kayaknya tak lagi mengacuhkannya.
Andai saya bukan rakyat Indonesia
saya akan bersekongkol dengan para penguasa
karena rakyat Indonesia tak akan berani melawannya.
(Binhad Nurrohmat)
saya akan menutup sumur dan menguruk telaga
karena rakyat Indonesia minumnya Aqua dan Coca-Cola.
Andai saya bukan rakyat Indonesia
saya akan membuka kedai KFC di mana-mana
karena rakyat Indonesia senang makanan gaya Amerika.
Andai saya bukan rakyat Indonesia
saya akan menggusur pasar dan warung tradisional
karena rakyat Indonesia suka belanja di swalayan dan mal.
Andai saya bukan rakyat Indonesia
saya akan memasok barang-barang dari luar negeri
karena rakyat Indonesia kurang mencintai produk pribumi.
Andai saya bukan rakyat Indonesia
saya akan menghalau perusahaan sumbu kompor
karena rakyat Indonesia merasa lebih keren pakai gas elpiji.
Andai saya bukan rakyat Indonesia
saya akan meruntuhkan gedung-gedung koperasi
karena rakyat Indonesia merasa bergengsi hutang ke bank.
Andai saya bukan rakyat Indonesia
saya akan memborong tambang mineral dan gas bumi
karena rakyat Indonesia malas menggalinya sendiri.
Andai saya bukan rakyat Indonesia
saya akan bikin pabrik dan merekrut buruh Indonesia
karena rakyat Indonesia terkenal sangat murah upahnya.
Andai saya bukan rakyat Indonesia
saya tak akan menggunakan bahasa Indonesia
karena rakyat Indonesia lebih bangga berbahasa Eropa.
Andai saya bukan rakyat Indonesia
saya tak akan menulis puisi tentang penindasan negara
karena rakyat Indonesia gemar puisi derai daun cemara.
Andai saya bukan rakyat Indonesia
saya akan ambil ikan dan pulau di perbatasan Indonesia
karena rakyat Indonesia cuek pada wilayah kedaulatannya.
Andai saya bukan rakyat Indonesia
saya akan mengganti nilai-nilai UUD ’45 dan Pancasila
karena rakyat Indonesia kayaknya tak lagi mengacuhkannya.
Andai saya bukan rakyat Indonesia
saya akan bersekongkol dengan para penguasa
karena rakyat Indonesia tak akan berani melawannya.
(Binhad Nurrohmat)
The Power of Money
Saat zaman terus
beranjak maju dan manusia sudah meninggalkan sistim barter, uang menjadi alat
tukar yang istimewa dan memiliki kekuatan membolak-balikan peraturan, moral,
Paling mengenaskan uang pun mampu menjungkir balikan harga diri. Sudah teramat
banyak kasus dan kejadian di mana kekuatan uang menjadi tolak ukur, dan
orang-orang yang dulu dihormati penuh sanjung dan puji, kini bagaikan ‘kucing
basah’ di kursi pesakitan menunggu dentuman palu, selanjutnya merenda hari yang
buram di terali besi.
Nama Burhanudin
Abdullah menjadi sangat Top dari sebelumnya, Orang nomor satu yang pernah
menjabat Gubernur BI (Bank Indonesia/gudangnya uang), harus rela meninggalkan
istri cantik, anak-anak, mobil lux dan rumah mewahnya. Segala bentuk korupsi
dalam tubuh BI menjadi catatan penting, betapa kekuatan uang sudah sedemikian
parah, hingga mampu melepaskan ikatan kontrol fikiran, memutuskan saraf-saraf
malu para elit bergaji besar ditambah aneka tunjangan yang semakin menyesakkan
kolong jembatan. Atau mungkin gaji seratus jutaan setiap bulan untuk seorang
pejabat tinggi BI masih dirasa belum cukup?
Dengan ditahannya
pejabat tinggi BI beserta kroninya, terbongkarlah kebiasaan buruk BI yang telah
terbiasa memberikan segepok uang panas kepada para anggota dewan perwakilan
rakyat sejak zaman orde baru.
Rasanya semakin
hari uang sudah sering mengganti posisi Tuhan dalam hati, Tidak sedikit
orang-orang yang kehilangan iman menyembah setan demi mendapatkan uang dan
kekayaan, Walaupun setan pesugihan dan setan kekuasaan tentu meminta syarat
yang cukup berat dan sungguh edan. Sumanto dalam mendapatkan kekayaan lewat
ilmu hitam tingkat tinggi, harus memakan mayat manusia, tak beda jauh dengan
kasus Ryan, orang-orang yang dibunuhnya, harta korban ikut dirampok. Setan
kekuasaan pun tidak tanggung-tanggung memberikan syarat bagi terkabulnya
deal-deal jabatan yang akan mendatangkan banjir uang. Miliaran rupiah, tanah,
anak atau bahkan harga diri istri sendiri harus tergadaikan untuk memenuhi
syarat!
Indonesia yang
masih terjerat uang utang luar negeri, harus merelakan kandungan minyak, gas
dan emas dikelola oleh pihak asing. Dalam hal ini Amerika Serikat sangat
berperan dalam berbagai monopoli kekayaan alam negara-negara berkembang seperti
Indonesia. Kekuatan uang dollar Amerika telah banyak membuat pejabat tinggi
terutama di negeri ini rakus sehingga rakyat secara keseluruhan harus
menanggung segala akibatnya, moril maupun materil. Segelintir orang-orang yang
bermain dalam kekuasaan dengan harapan kucuran dollar, telah tertutup mata
hatinya, putus urat saraf malunya dengan semerbak gaya hidup mewah, masih bisa
tertawa dan tersenyum di depan kamera TV walau sudah dengan status tersangka
atau masih sebatas saksi yang semuanya tentang KD (Ke Duit).
Masih tingginya
inflasi serta lemahnya nilai tukar rupiah, arus globalisasi tetap deras
meluncur dan mengoyak nilai-nilai luhur. Pembunuhan, Narkoba, pelacuran atau
prostitusi dan korupsi, menuntut kesadaran kita untuk selalu waspada, agar
jangan sampai menimpa diri dan keluarga yang merupakan amanah utama dari Allah
Swt.
Dalam buku Jakarta
Undercover hasil investigasi dengan fakta empiris dari Moammar Emka, terkuak
betapa makin hancurnya moral oleh kekuatan uang yang menjanjikan kehidupan
glamour. Sedikit demi sedikit, apa yang diungkap Moammar sudah ada dan terlihat
gejalanya di banyak kota di Indonesia. Bila dalam buku Moammar Emka tercatat
banyaknya pelacur berkebangsaan asing, kini para pelacur datang dengan kedok
kaum intelektual memburu uang dengan pesona dan trik tersendiri, intelektual
telah dikalahkan libido kebinatangan liar dan ambisi untuk mendapatkan uang dengan
cara instant, walau beresiko datang atau menyebarnya penyakit. Hari demi hari
akan dipastikan menggurita, mencabik sendi-sendi agama, adat dan budaya.
Disimpan oleh
Sahabat :
http://feelgoodeveryday.blogspot.com/2009/03/power-of-money.html
Kezuhudan Abu Bakar
Ahmad mengeluarkan dari Aisyah r.ha, dia berkata, "Abu Bakar meninggal
dunia tanpa meninggalkan satu dinar maupun satu dirham pun. Sebelum itu
dia masih memilikinya, namun kemudian dia mengambilnya dan
menyerahkannya ke Baitul-mal." Begitulah yang disebutkan di dalam
Al-Kanzu, 3/132.
Kezuhudan Umar bin Al-Khaththab
Ahmad mengeluarkan di dalam Az-Zuhud, Ibnu Jarir dan Abu Nu'aim dari
Al-Hasan, dia berkata, "Ketika Umar bin Al-Khaththab sudah menjadi
khalifah, di kain mantelnya ada dua belas tambalan. Begitulah yang
disebutkan di dalam Al-Kanzu, 4/405.
Kezuhudan Utsman bin Affan
Abu Nu'aiin mengeluarkan di dalam Al-Hilyah, 1/60, dari Abdul-Malik bin
Syaddad, dia berkata, "Aku pernah melihat Utsman bin Affan berkhutbab
di atas mimbar pada hari Jum'at, sambil mengenakan kain mantel yang
tebal (kasar), harganya berkisar empat atau lima dirham. Kain ikat
kepalanya juga ada yang robek. Diriwayatkan dari Al-Hasan, dia berkata,
"Aku pernah melihat Utsman bin Affan yang datang ke masjid dalam
keadaan seperti itu, pada saat dia sudah menjadi khalifah." Ahmad
mengeluarkan di dalam Shifatush-Shafwah, 1/116.
Kezuhudan Ali Bin Abu Thalib
Ahmad mengeluarkan dari Abdullah bin Ruzain, dia berkata, "Aku pernah
masuk ke rumah Ali bin Abu Thalib pada hari Idul-Adhha. Dia menyuguhkan
daging angsa kepadaku. Aku berkata, "Semoga Allah mlimpahkan kebaikan
kepadamu. Karena engkau bisa menyuguhkan makanan ini, berarti Allah
memang telah melimpahkan kebaikan kepadamu, " Dia berkata, "Wahai Ibnu
Ruzain, aku pernah mendengar Rasuluilah Shallallahu Alaihi wa Sallam
bersabda, 'Tidak diperkenankan harta Allah bagi seorang khalifah
kecuali sebanyak dua takaran saja, satu takaran yang dia makan bersama
keluarganya, dan satu takaran lagi yang harus dia berikan kepada
orang-orang." Begitulah yang disebutkan di dalam Al-Bidayah, 8/3.
Kezuhudan Abu Ubaidah bin Al-Jarrah
Abu Nu'airn mengeluarkan dari Abu Ma'mar, bahwa tatkala Umar mengadakan
lawatan ke Syam, maka disambut para pemuka dan pemimpin masyarakat di
sana. "Mana saudaraku?" tanya Umar. "Siapa yang engkau maksudkan?'
tanya orang-orang. "Abu Ubaidah. " "Sekarang dia baru menuju ke sini.
Ketika Abu Ubaidah sudah tiba, Umar turun dari kendaraannya lalu
memeluknya. Kemudian Umar masuk ke rumah Abu Ubaidah dan tidak melihat
perkakas apa pun kecuali pedang, perisai dan kudanya. Ahmad
mengeluarkan hadits yang serupa seperti yang disebutkan di dalam
Shifatush-Shafwah, 1/143. Ibnul-Mubarak juga meriwayatkannya di dalam
Az-Zuhd, dari jalan Ma'mar, serupa dengan ini, seperti yang disebutkan
di dalam Al-Ishabah, 2/253.
Kezuhudan Mush'ab bin Umair
Al-Bukhary mengeluarkan di dalam Shahih-nya, dari Hibban, bahwa Mush'ab
bin Umair meninggal dan hanya meninggalkan selembar kain. Jika
orang-orang menutupkan kain itu ke kepalanya, maka kedua kakinya
menyembul, dan jika ditutupkan ke kedua kakinya, maka kepalanya yang
menyembul. Lalu Rasulullah SAW bersabda, "tutupkan dedaunan ke bagian
kakinya." Begitulah yang disebutkan di dalam Al-Ishabah, 3/421.
Kezuhudan Salman Al-Farisy
Abu Nu'aim mengeluarkan dari Athiyah bin Amir, dia berkata, "Aku pernah
melihat Salman Al-Farisy ra. menolak makanan yang disuguhkan kepadanya,
lalu dia berkata, "Tidak, tldak. Karena aku pemah mendengar Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
'Sesungguhnya orang yang lebih sering kenyang di dunia akan lebih lama
laparnya di akhirat. Wahai Salman, dunia ini hanyalah penjara orang
Mukmin dan surga orang kafir'.
Di dalam Al-Hilyah, 1/198, Bagian terakhir dari hadits di atas, "Dunia
ini hanyalah penjara orang Mukmin", merupakan riwayat Muslim.
Kezuhudan Abu Dzarr Al-Ghifary
Ahmad mengeluarkan dari Abu Asma', bahwa dia pernah masuk ke rumah Abu
Dzarr di Rabadzah. Dia mempunyai seorang istri berkulit hitam yang sama
sekali tidak memakai hiasan macam apa pun dan tidak pula mengenakan
minyak wangi. Abu Dzarr berkata, "Apakah kalian tidak rnelihat apa yang
disuruh para wanita berkulit hitam ini? Mereka menyuruhku unluk pergi
ke Irak. Namun ketika kami tiba di Irak, mereka justru lebih senang
kepada dunia. Padahal kekasihku (Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam) memberitahukan kepadaku bahwa di atas jembatan neraka ada
rintangan dan halangannya. Kita akan menyeberangi jembatan itu sambil
membawa beban kita. Maka lebih baik bagiku untuk menyeberang dengan
selamat tanpa mernbawa beban apa pun." Begitulah yang disebutkan di
dalain At-Targhib Wat-Tarhib, 3/93. Ahmad juga meriwayatkannya dan
rawi-rawinya shahih.
Kezuhudan Abud-Darda'
Ath-Thabrany mengeluarkan dari Abud-Darda' Radhiyallahu Anhu, dia
berkata, 'Dahulu sebelum Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam menjadi
rasul, kami adalah para pedagang. Namun setelah beliau diutus sebagai
rasul, aku ingin terjun kembali dalam perniagaan dan sekaligus rajin
beribadah. Tapi nyatanya aku tidak bisa mantap dalam ibadah. Akhirnya
kutinggalkan perniagaan dan mengkhususkan diri dalam ibadah.' Menurut
Al-Haitsainy, 9/367, rijalnya shahih.
Kezuhudan Al-Lajlaj Al-Ghathafany
Ath-Thabrany mengeluarkan dengan isnad yang tidak diragukan, dari
Al-Lajlaj Radhiyallahu Anhu, dia berkata, "Sejak aku masuk Islam di
hadapan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, aku tidak pernah makan
dan minum kecuali sekedar secukupnya." Begitulah yang disebutkan di
dalarn At-Targhib, 31423. Abul-Abbas As-Siraj di dalam Tarikh-nya dan
Al-Khathib di dalam Al-Muttafaq, seperti yang disebutkan di dalam
Al-Ishabah, 2/328.
Kezuhudan Abdullah bin Umar
Abul-Abbas As-Siraj mengeluarkan di dalam Tarikh-nya dengan sanad
hasan, dari As-Sary, dia berkata, "Aku pernah melihat sekumpulan orang
dari kalangan shahabat, bahwa tak seorang pun di antara mereka yang
keadaannya senantiasa mirip dengan keadaan Rasuluilah Shallallahu
Alaihi wa Sallam selain dari Ibnu Umar. "Abu Sa'id Al-Mraby
mengeluarkan dengan sanad yang shahih, dari Jabir ra., dia berkata,
'Tidak ada seseorang di antara kami yang mendapatkan kekayaan dunia
melainkan dia justru meninggalkannya selain dari Abdullah bin Umar.'
Begitulah yang disebutkan di dalam Al-Ishabah, 21347.
Ahmad mengeluarkan dari Aisyah r.ha, dia berkata, "Abu Bakar meninggal
dunia tanpa meninggalkan satu dinar maupun satu dirham pun. Sebelum itu
dia masih memilikinya, namun kemudian dia mengambilnya dan
menyerahkannya ke Baitul-mal." Begitulah yang disebutkan di dalam
Al-Kanzu, 3/132.
Kezuhudan Umar bin Al-Khaththab
Ahmad mengeluarkan di dalam Az-Zuhud, Ibnu Jarir dan Abu Nu'aim dari
Al-Hasan, dia berkata, "Ketika Umar bin Al-Khaththab sudah menjadi
khalifah, di kain mantelnya ada dua belas tambalan. Begitulah yang
disebutkan di dalam Al-Kanzu, 4/405.
Kezuhudan Utsman bin Affan
Abu Nu'aiin mengeluarkan di dalam Al-Hilyah, 1/60, dari Abdul-Malik bin
Syaddad, dia berkata, "Aku pernah melihat Utsman bin Affan berkhutbab
di atas mimbar pada hari Jum'at, sambil mengenakan kain mantel yang
tebal (kasar), harganya berkisar empat atau lima dirham. Kain ikat
kepalanya juga ada yang robek. Diriwayatkan dari Al-Hasan, dia berkata,
"Aku pernah melihat Utsman bin Affan yang datang ke masjid dalam
keadaan seperti itu, pada saat dia sudah menjadi khalifah." Ahmad
mengeluarkan di dalam Shifatush-Shafwah, 1/116.
Kezuhudan Ali Bin Abu Thalib
Ahmad mengeluarkan dari Abdullah bin Ruzain, dia berkata, "Aku pernah
masuk ke rumah Ali bin Abu Thalib pada hari Idul-Adhha. Dia menyuguhkan
daging angsa kepadaku. Aku berkata, "Semoga Allah mlimpahkan kebaikan
kepadamu. Karena engkau bisa menyuguhkan makanan ini, berarti Allah
memang telah melimpahkan kebaikan kepadamu, " Dia berkata, "Wahai Ibnu
Ruzain, aku pernah mendengar Rasuluilah Shallallahu Alaihi wa Sallam
bersabda, 'Tidak diperkenankan harta Allah bagi seorang khalifah
kecuali sebanyak dua takaran saja, satu takaran yang dia makan bersama
keluarganya, dan satu takaran lagi yang harus dia berikan kepada
orang-orang." Begitulah yang disebutkan di dalam Al-Bidayah, 8/3.
Kezuhudan Abu Ubaidah bin Al-Jarrah
Abu Nu'airn mengeluarkan dari Abu Ma'mar, bahwa tatkala Umar mengadakan
lawatan ke Syam, maka disambut para pemuka dan pemimpin masyarakat di
sana. "Mana saudaraku?" tanya Umar. "Siapa yang engkau maksudkan?'
tanya orang-orang. "Abu Ubaidah. " "Sekarang dia baru menuju ke sini.
Ketika Abu Ubaidah sudah tiba, Umar turun dari kendaraannya lalu
memeluknya. Kemudian Umar masuk ke rumah Abu Ubaidah dan tidak melihat
perkakas apa pun kecuali pedang, perisai dan kudanya. Ahmad
mengeluarkan hadits yang serupa seperti yang disebutkan di dalam
Shifatush-Shafwah, 1/143. Ibnul-Mubarak juga meriwayatkannya di dalam
Az-Zuhd, dari jalan Ma'mar, serupa dengan ini, seperti yang disebutkan
di dalam Al-Ishabah, 2/253.
Kezuhudan Mush'ab bin Umair
Al-Bukhary mengeluarkan di dalam Shahih-nya, dari Hibban, bahwa Mush'ab
bin Umair meninggal dan hanya meninggalkan selembar kain. Jika
orang-orang menutupkan kain itu ke kepalanya, maka kedua kakinya
menyembul, dan jika ditutupkan ke kedua kakinya, maka kepalanya yang
menyembul. Lalu Rasulullah SAW bersabda, "tutupkan dedaunan ke bagian
kakinya." Begitulah yang disebutkan di dalam Al-Ishabah, 3/421.
Kezuhudan Salman Al-Farisy
Abu Nu'aim mengeluarkan dari Athiyah bin Amir, dia berkata, "Aku pernah
melihat Salman Al-Farisy ra. menolak makanan yang disuguhkan kepadanya,
lalu dia berkata, "Tidak, tldak. Karena aku pemah mendengar Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
'Sesungguhnya orang yang lebih sering kenyang di dunia akan lebih lama
laparnya di akhirat. Wahai Salman, dunia ini hanyalah penjara orang
Mukmin dan surga orang kafir'.
Di dalam Al-Hilyah, 1/198, Bagian terakhir dari hadits di atas, "Dunia
ini hanyalah penjara orang Mukmin", merupakan riwayat Muslim.
Kezuhudan Abu Dzarr Al-Ghifary
Ahmad mengeluarkan dari Abu Asma', bahwa dia pernah masuk ke rumah Abu
Dzarr di Rabadzah. Dia mempunyai seorang istri berkulit hitam yang sama
sekali tidak memakai hiasan macam apa pun dan tidak pula mengenakan
minyak wangi. Abu Dzarr berkata, "Apakah kalian tidak rnelihat apa yang
disuruh para wanita berkulit hitam ini? Mereka menyuruhku unluk pergi
ke Irak. Namun ketika kami tiba di Irak, mereka justru lebih senang
kepada dunia. Padahal kekasihku (Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam) memberitahukan kepadaku bahwa di atas jembatan neraka ada
rintangan dan halangannya. Kita akan menyeberangi jembatan itu sambil
membawa beban kita. Maka lebih baik bagiku untuk menyeberang dengan
selamat tanpa mernbawa beban apa pun." Begitulah yang disebutkan di
dalain At-Targhib Wat-Tarhib, 3/93. Ahmad juga meriwayatkannya dan
rawi-rawinya shahih.
Kezuhudan Abud-Darda'
Ath-Thabrany mengeluarkan dari Abud-Darda' Radhiyallahu Anhu, dia
berkata, 'Dahulu sebelum Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam menjadi
rasul, kami adalah para pedagang. Namun setelah beliau diutus sebagai
rasul, aku ingin terjun kembali dalam perniagaan dan sekaligus rajin
beribadah. Tapi nyatanya aku tidak bisa mantap dalam ibadah. Akhirnya
kutinggalkan perniagaan dan mengkhususkan diri dalam ibadah.' Menurut
Al-Haitsainy, 9/367, rijalnya shahih.
Kezuhudan Al-Lajlaj Al-Ghathafany
Ath-Thabrany mengeluarkan dengan isnad yang tidak diragukan, dari
Al-Lajlaj Radhiyallahu Anhu, dia berkata, "Sejak aku masuk Islam di
hadapan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, aku tidak pernah makan
dan minum kecuali sekedar secukupnya." Begitulah yang disebutkan di
dalarn At-Targhib, 31423. Abul-Abbas As-Siraj di dalam Tarikh-nya dan
Al-Khathib di dalam Al-Muttafaq, seperti yang disebutkan di dalam
Al-Ishabah, 2/328.
Kezuhudan Abdullah bin Umar
Abul-Abbas As-Siraj mengeluarkan di dalam Tarikh-nya dengan sanad
hasan, dari As-Sary, dia berkata, "Aku pernah melihat sekumpulan orang
dari kalangan shahabat, bahwa tak seorang pun di antara mereka yang
keadaannya senantiasa mirip dengan keadaan Rasuluilah Shallallahu
Alaihi wa Sallam selain dari Ibnu Umar. "Abu Sa'id Al-Mraby
mengeluarkan dengan sanad yang shahih, dari Jabir ra., dia berkata,
'Tidak ada seseorang di antara kami yang mendapatkan kekayaan dunia
melainkan dia justru meninggalkannya selain dari Abdullah bin Umar.'
Begitulah yang disebutkan di dalam Al-Ishabah, 21347.
Ninok Leksono :
"Hanya ilmu
pengetahuan sajalah yang dapat memecahkan masalah-masalah kelaparan dan
kemiskinan, insanitasi dan buta aksara, takhayul dan hilangnya adat istiadat,
habisnya sumber daya, atau sebuah negeri kaya yang didiami oleh penduduk miskin….
Siapakah sesungguhnya yang sanggup mengabaikan iptek sekarang ini? Pada setiap
kesempatan kita pasti membutuhkan bantuannya…. Masa depan ditentukan oleh iptek
dan orang-orang yang bersahabat dengannya."
(Jawaharlal Nehru,
dikutip dari : India Perspectives, 8/2008)
Ketika era semakin
sarat diwarnai pemanfaatan iptek, tiadanya visi iptek di kalangan elite tak
jarang lalu membuat bangsa kedodoran ketika menghadapi berbagai fenomena
perubahan alam, kemajuan iptek, juga impitan krisis ekonomi. Hal itu masuk akal
karena sendi-sendi kehidupan berbangsa—yang salah satu fundamentalnya adalah
iptek—amat rapuh di sini. Salah satu indikator yang sering disebut-sebut adalah
rendahnya anggaran iptek yang kurang dari 0,5 persen produk domestik bruto.
Sementara negara yang berambisi menjadi negara maju, seperti China, terus
menaikkan anggaran ipteknya.
Mengulas Tulisan Ekonom UI, Faisal Basri
"Menulusuri Sisi-Sisi Lain Pak Boed yang Saya Kenal"
"Menulusuri Sisi-Sisi Lain Pak Boed yang Saya Kenal"
Saya
pikir banyak orang Indonesia pasti mengenal sosok Faisal H Basri (FHB), SE, MA.
Ia sering muncul di TV seagai seorang analisis ekonomi kawakan. Ia adalah
seorang ekonom lulusan Vanderbilt University, Tennessee – Amerika. Bahasa yang
lugas, penampilan sederhana melekat pada sosok pria kelahiran Bandung 50 tahun
silam. Ia sempat terjun di dunia politik dengan mendirikan partai PAN dan
menjadi Sekjen Pertama PAN. Ia pula menpionirnya Komisi Pengawas Persaingan
Usaha (KPPU) namun kini tetap setia menjadi staf pengajar FE-UI.
Munculnya
nama Bapak Faisal Basri mungkin menjadi titik nadir pro-kontra bagi mereka yang
tidak menyukai bahkan timbulnya aksi gerakan anti Say No to Boediono, Say Yes
to Budi Anduk. Hal ini muncul dari tulisan yang sangat memukau dari Faisal H
Basri yakni Sisi Lain Pak Boed yang Saya Kenal di blog kompasiana-nya. Di blog
tersebut, pak Faisal sebutkan bagaimana pertemuanya pertama pada Pak Boediono
lalu secara berurutan menceritakan sisi lain dari Pak Boediono. Pak Boediono
adalah seorang ekonom handal, itu pasti karena beliau adalah seorang Guru Besar
Ekonomi.
Dalam
artikel tersebut Pak Faisal menuliskan bagaimana sosok Boediono yang bersahaja,
santun dan memegang teguh dan bekerja keras sesuai prinsip-prinsip ekonomi yang
dianutnya.
Sikap
rendah hati itulah [red: Pak Boediono] yang paling membekas pada saya. Lebih
banyak mendengar ketimbang bicara. Kalau ditanya yang “nyerempet-nyerempet ,”
jawabannya cuma dengan tersenyum. Saya tak pernah dengar Pak Boed
menjelek-jelekkan orang lain, bahkan sekedar mengkritik sekalipun. – kutipan :
Sisi Lain Pak Boed yang Saya Kenal
*******
Tulisan
pak FHB memang sangat diperlukan untuk membangkitkan citra yang seimbang atas
sosok Pak Boediono. Begitu juga halnya pada pencitraan (Alm) Ali Alatas, Amien
Rais, SBY, DN Aidit ataupun Soeharto. Bagi mereka yang dekat dengan pak Harto,
mereka merasakan getaran kesederhanaan, kesantunan sekaligus ketegasan dalam
diri beliau. Namun, disisi lain kita merasakan hal yang berbeda, sebagian
masyarakat mungkin benci akan tindakan refresif (Alm) Soeharto mengejar dan
membunuh dengan sadis para simpatisan PKI yang tidak tahu menahu kejadian
Gestapu, mengejar para aktivisis yang menentang aksi KKN. Dan siapa sangka
Jenderal dengan Senyum manisnya dengan bicara begitu santun bisa begitu
“dingin” dan terjadi praktik KKN dimasanya. Begitu juga sosok Aidit yang dicam
“beringas” dan “amoral”, namun disisi lain ia memiliki sifat-sifat yang begitu
halus dan etos baik di partai maupun dikeluarga dan sahabatnya.
Masa
lalu telah berlalu, kita harus menatap masa depan dengan belajar dari sejarah
masa lalu. JAS MERAH, jangan sekali-kali melupakan sejarah, itulah pesan Bung
Karno kepada kita. Begitu hendaknya kita menyikapi pro dan kontra atas pribadi
Boediono. Mengapa ada yang pro dan mengapa ada kontra, adalah hal yang wajar
dalam suatu sistem demokrasi. Namun, setiap pro dan kontra hendaknya memiliki
landasan yang jelas, mengapa pro dan mengapa kontra. Dan alangkah baiknya jika
kita bukan seperti Burung Beo yang hanya mengikuti apa kata orang tanpa
memahami betul kondisi-kondisi sebenarnya.
Disisi
lain, saya agak merasa aneh pernyataan Pak FHB beberapa waktu dulu ketika
beliau berada di Padang-Sumatera Barat dan ditanya oleh Padang Today, bagaimana
pandangan FHB jika Boediono dipilih sebagai cawapres.
“Saya
menilai sayang jika Prof. Boediono ditempatkan sebagai Wapres,dia itu
teknokrat, lebih tepat jika dia mengurus persoalan ekonomi dan moneter di level
menteri, akan lebih optimal,”
Ditambahkan
Faisal, kemampuan Boediono justru akan terhambat jika dia diposisikan sebagai
Wapres.
“Pak
Boediono diakui dunia sebagai pakar ekonomi moneter, kemampuannya justru
dibutuhkan untuk mengelola ekonomi dan moneter kita, yang menjadi domain kerja
Menko Ekonomi serta Gubernur BI, jadi kalau dia ditempatkan di Wapres justru
kontraproduktif,” ungkap FHB.
Pak FHB
saat ini tampak sekali mendukung SBY-Boediono, padahal pada 20 Desember Faisal
Basri mengemukan kegagalan ekonomi SBY yang selama ini dimotori Boediono
sebagai Menko Perekomian dan Menkeu Sri Mulyani. FHB mengingatkan kepada
masyarakat agar tidak terjebak dengan janji-janji SBY saat melakukan kampanye.
Ia mengatakan tersebut d Hotel Aston Atrium Jakarta – RakyatMerdeka
“Hati-hati
saat kampanye bila SBY bicara tentang angka pengangguran dan kemiskinan
menurun….. Presiden yang dipilih berhasil alakadarnya. Tidak ada perbaikan
secara signifikan. Apa gunanya dipilih lagi. Buat apa kita pilih yang katanya
doktor, bintang empat (jenderal), ahli pertanian,”
Pengangguran
misalnya, terjadi pengurangan atau penurunan angka pengangguran dari 9,1 persen
tahun 2007 menjadi 8,1 persen tahun 2008.
“Tapi
itu di sektor informal, pedagang kaki lima yang tidak ada pensiun, tidak ada
tunjangan kerja. Beginilah kalau presidennya jaim (jaga image), berbedak terus,
berkosmetik terus,”
Faisal
menambahkan, selama kepemimpinan SBY, telah tercipta jurang yang cukup dalam
antara si kaya dan si miskin.. Subsidi yang diberikan tidak tepat sasaran dan
lebih banyak dinikmati oleh orang kaya.
Bahkan
belum sebulan yang lalu yakni 27 April 2009, Faisal Basri secara gamblang
menulis Menakar Kinerja SBY-JK di Kompas cetak :
Selama
tahun 2004-2008, anggaran untuk memerangi kemiskinan naik hampir empat kali
lipat, tetapi angka kemiskinan hanya turun 1 persen saja. Bukti tumpulnya
kebijakan ekonomi untuk memberantas kemiskinan terlihat pula dari perbandingan
dengan negara-negara tetangga.
Pemerintahan
SBY-JK juga bisa dipandang terseok-seok dalam memerangi pengangguran dan
meningkatkan kualitas pekerja. Angka pengangguran terbuka memang turun sedikit
dari 9,9 persen pada tahun 2004 menjadi 8,4 persen pada tahun 2008. Namun, pada
periode yang sama terjadi peningkatan underemployment (separuh menganggur) dari
29,8 persen menjadi 30,3 persen.
Pemerintahan
SBY-JK gagal untuk menghasilkan pola pertumbuhan ekonomi yang sehat dengan
mengutamakan penguatan sektor produksi barang. Yang paling mencolok adalah
kinerja industri manufaktur.
Dari
analisis tajam seorang FHB 1 bulan yang lalu atas kinerja ekonomi pemerintah
SBY-JK selama 2004-2008 yang hampir3 tahun dipimpin oleh tim ekonomi Boediono
sudah gagal. Analisis yang tajam dari FHB pada tanggal 27 April 2009 tidak jauh
berbeda dengan analisis 5 bulan lalu pada 29 Desember 2008 dan juga
sebelum-belumnya. Namun, pasca Boediono dipinang SBY, pola analisis FHB berubah
dan bisa dikatakan lebih dari 100 derajat. Apakah analisis tajam FHB sudah
terbeli oleh politik? Apakah FHB akan kembali masuk ke politik seperti pada
tahun 1998 silam?
*******
Pemaparan
Pak FHB mengenai Boediono merupakan salah satu tulisan terpercaya, dan patut
diberi apresiasi yang selayaknya karena berdasarkan realitas kedekatan dan
analisisnya. Secara garis besar, FHB menggambarkan sosok kepribadian yang
unggul dalam diri Boediono. Kepribadian yang unggul inilah yang membawa dirinya
menduduki posisi yang strategis di negeri ini. Namun, kita harus juga
menelusuri sisi lain, hal yang tidak bisa kita lupakan dalam perjalanan bangsa
ini yakni BLBI dan Agenda Penjualan BUMN Strategis serta Perbankan BPPN yang
mana total kerugian negara akibat aksi ini mencapai ribuan triliun. Kita perlu
tahu bahwasanya agenda-agenda tersebut merupakan buah dikte dari IMF pada saat
itu (2002). Dan kita pun sudah melihat adanya ketimpangan tulisan pak FHB pada
14 Mei dengan 27 April.
Dalam
kesempatan ini, saya akan mengutip langsung pernyataan Pak Boediono atas Agenda
IMF tersebut dengan tulisan pink (versi Inggris) di Jakartapost (27 Februari
2002):
Menteri
Keuangan Boediono menyatakan optimismenya pada hari Selasa bahwa pemerintah
sanggup memenuhi “Agenda Utama” yang dikeluarkan IMF sebagai syarat bantuan
pendanaan [catatan: utang masih dikatakan sebagai dana bantuan].
Agenda-agenda
IMF diantaranya adalah:
1.
Negara harus menjual BUMN-BUMN strategis kepada pemilik modal dengan harga yang
diintervensi oleh IMF. Indosat, Telkom adalah salah satu buah produk IMF pada
saat itu.
2.
Negara harus menjual bank-bank BPPN seperti BCA, Danamon, BII, dengan harga
jauh dibawah kewajaran yang akan membebani anggaran (BLBI) hingga ratusan
triliun. Salah satu contohnya adalah menjual BCA seharga 10 Triliun padahal
harga obligasi rekap yang melekat pada BCA 58 triliun + aset-aset tetap. Negara
dirugikan lebih dari 50 triliun + bunga berjalan yang jika ditotalin hampir 100
triliun. Inilah kasus BLBI yang hingga saat ini masih meninggalkan
ketidakadilan bagi rakyat yang tidak tahu menahu.
3.
Negara harus mengurangi dan pada akhirnya harus menghapus subsidi minyak, air,
listrik dan pendidikan. Kebijakan ini terus dilakukan dan pada Desember 2008,
secara resmi pemerintah SBY-JK mengatakan “Tidak ada lagi subsidi minyak, kita
kembali ke harga pasar“. Untuk pendidikan, diterbitnyalah UU BHP. Dengan adanya
penghapusan subsidi, maka perusahaan asing baik disektorBBM maupun pendidikan
akan menjadi tuan di tanah kita.
4.
Negara secara tidak langsung dipaksa untuk mengekspor barang-barang mentah ke
luar negeri lalu diimpor dalam bentuk barang jadi.
5.
Negara harus tetap mengutamakan memberi bantuan yang besar kepada
lembaga-lembaga/ perusahaan besar. Ini disebut juga sebagai paham trickle down
effect
Pihak
IMF diperkirakan tiba bulan depan di Jakarta untuk mereview program reformasi
ekonomi negara ala IMF. Bantuan IMF sangatlah penting dan mendesak (krusial)
bagi pemerintah untuk penjadwalan kembali skema pembayaran utang dengan
[rentenir] Paris Club pada April 2002 mendatang.
Boediono
sangat meyakini konsep reformasi ekonomi yang didikte oleh IMF. Tujuan IMF,
Paris Club, WB dan begitu juga agen EHM seperti John Perkins akui adalah
membuat kesepakatan untuk memberi pinjaman ke negara lain, jauh lebih besar
dari yang negara itu sanggup bayar. Dalam kesepakatan antarnegara itu, IMF, EHM
CS berusaha menekan negara-negara lain agar memberikan 90 persen dari
pinjamannya kepada perusahaan-perusaha an AS, seperti Halliburton atau Bechtel.
Kemudian perusahaan-perusaha an AS tersebut akan masuk membangun sistem
listrik, pelabuhan, jalan tol dan lainnya di negara-negara berkembang. Setelah
mendapatkan utang, AS akan memeras negara tersebut sampai tak bisa membayarnya.
Dengan alasan itu, barulah AS akan mendesak negara-negara lain untuk
menyerahkan sumber kekayaan alamnya, seperti minyak, gas, kayu, tembaga dan
lainnya ke AS. Bagaimana jika negara-negara itu menolak? John Perkins
menyatakan, mereka bisa saja dibunuh. Ini bukan isapan jempol. Dua tokoh dunia,
yakni Presiden Panama Omar Torijos dan Presiden Ekuador Jaime Rojos dibantai
karena menolak kerja sama dengan AS. [beli buku : John Perkins : Confession of
EHM - coba search internet tentang The Dead of Omar Torijos dan The dead of
Jaime Rojos]
“Agenda
Utama adalah persyaratan dan perihal yang harus pemerintah laksanakan. Tapi,
saya yakin bahwa kita mampu memenuhi semua persyaratan tersebut tepat waktu.”,
ungkap Boediono kepada Wartawan setelah sesi dengar pendapat di Komisi IX DPR.
Dari
jumpa pers tersebut, sangatlah jelas bahwa Boediono sebagai Menkeu di era
Gotong Royong sangat patuh pada IMF dengan agenda menjual Indonesia ke tangan
swasta dan asing.
Ia
[Boediono] tidak menjabarkan secara jelas apa saja “Agenda Utama” IMF tersebut.
Namun, Boediono memastikan bahwa penjualan 51% saham BCA [berada dibawah
naungan BPPN] dengan proses yang kredibel, dan strategi yang jelas untuk
mengatasi utang yang membengkak dari Bank-Bank BPPN (yang mendapat likuiditas
BLBI) hasil utang para pemilik bank tersebut, termasuk dalam daftar “Agenda
Utama IMF mendesak Indonesia”.
Sejarah
gamblang Boediono (Menkeu) bersama Menko Dorodjatun dan Meneg BUMN Laksamana
Sukardi secara tidak langsung mengubah utang para bankir menjadi utang rakyat.
Menjual BUMN kepada Temasek sehingga satelit strategis untuk keamanan dan
kedaulatan negara kita dikuasai Singapura. Hal senada disampaikan Prof.
Mubiyarto, bahwa sejak private debt [utang para bankir/swasta] dijadikan public
debt [utang rakyat], sejak utang para konglomerat ”ditalangi” pemerintah,
perbankan selalu mendapat subsidi, industri perbankan yang seharusnya
menghasilkan pendapatan (revenue) ternyata menjadi beban (expenditure)
negara/rakyat yang dibayar terus oleh pemerintah hingga saat ini. Pada tahun
1998, ”bunga utang” para konglomerat yang dibebankan kepada APBN besarnya Rp 60
trilliun, empat kali lipat dari anggaran untuk pendidikan yang hanya sekitar Rp
15 trilliun. Inilah salah satu kebijakan yang mungkin Pak Faisal Basri harus
juga uraikan secara mendetil dalam tulisan beliau Sisi Lain Pak Boed yang Saya
Kenal
Untuk
isi pernyataan pers lengkap dari Boediono pada 27 Februari 2002, silahkan baca
berita aslinya di Boediono upbeat on meeting key IMF programs.
Ada
catatan lain yakni pada waktu menjabat sebagai Menteri Keuangan saat
pemerintahan Megawati Soekarnoputri, dia menyatakan bahwa pada dasarnya subsidi
bagi rakyat harus dihapus. Dan ketika para petani tebu meminta proteksi,
Boediono dengan enteng menyatakan, ”Kalau petani tebu merasa bahwa menanam tebu
kurang menguntungkan, tanamlah komoditas lain yang lebih menguntungkan.”
(sinarharapan)
*********
Hendaknya
kita mencari pemimpin dengan sosok yang sebisa mungkin memenuhi berbagai
kriteria, tidak hanya berkutat pada kepribdian semata. Kepribadian Pak Boediono
dengan gaya hidup bersahaja, santun, dengan etos kerjanya patut diteladani oleh
siapapun juga. Namun, ada banyak sosok tokoh Indonesia yang bersahaja dengan
etos kerja tinggi yang paham betul dan tahu solusi ekonomi yang jauh lebih
merakyat dibandingkan langkah-langkah tim ekonomi saat ini termasuk didalamnya
Boediono. Peningkatan anggaran APBN 3 kali lipat sejak 2004 tidak menghasilkan
kesejahteraan berarti bagi rakyat kecil, bahkan sebaliknya jumlah rakyat miskin
meningkat atau setidak-tidaknya tidak berubah dari angka 36 juta jiwa penduduk
miskin, disisi lain para konglomerat membukukan terus kekayaan dan asetnya
meningka. Sebenarnya ada banyak orang yang berpotensial disekeliling kita,
namun kita selalu merendahkan orang lain yang berpotensi karena memang kita
tidak memberi kesempatan mereka untuk berkiprah dan berkontribusi lebih banyak
untuk negeri ini. Hanya orang-orang dekatlah dengan penguasa yang memiliki
akses yang tinggi untuk sebuah jabatan atas nama “rakyat”.
Terpilihnya
Boediono sebagai cawapres SBY, kita berikan ucapan Selamat. Namun, jangan
sampai kita lupa perjalanan sejarah Indonesia, terutama perjalanan perekonomian
bangsa ini. Bagaimana saat ini dan 10 tahun silam, kebijakan ekonomi kita masih
jauh dari amanah pasal 33 UUD 1945. Begitu besar anggaran dikeluarkan untuk
mensubsidi bankir-bankir kaya melalui pembayaran utang najis yang disulap dari utang
swasta/bankir menjadi utang rakyat/negara.
Dan
jika ada pihak yang menyangkal bahwa Boediono tidak mendukung IMF, maka
mintalah pak Boediono mencabut ulang konferensi pers dan segala bentuk
kebijakan “Agenda Utama” IMF pada tahun 2002.
Pusi Tentang Baharuddin Lopa
RRI, 06:00 WIB
Jaksa
Agung Baharudin Lopa
Usai
sudah lagu-lagu ceria menyambut pagi
Kutuang
segelas air putih, meneguknya tuntas
kau bicara di ujung sana,
menyampaikan
kabar
pada kami
pada kita semua
Sebuah
berita kematian menusuk embun
mentari
terlonjak
burung
berhenti bersenandung
alam
berkabung
terdiam
dengarkan bisik angin!
"sebentar lagi, tanah ini
semakin retak!"
Sebuah
lagu didendangkan
Kunyalakan
sebatang rokok, menghembus asap
kulihat ada yang tertawa, dalam asap
menyambut suka cita, sebuah kabar duka
Jakarta,
04072001
“Perjuanganku
lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena
melawan bangsamu sendiri.” – Bung Karno
“Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun”. (Bung Karno)
“Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia” . (Bung Karno)
“Tidak seorang pun yang menghitung-hitung: berapa untung yang kudapat nanti dari Republik ini, jikalau aku berjuang dan berkorban untuk mempertahankannya”. (Pidato HUT Proklamasi 1956 Bung Karno)
“Jadikan deritaku ini sebagai kesaksian, bahwa kekuasaan seorang presiden sekalipun ada batasnya. Karena kekuasaan yang langgeng hanyalah kekuasaan rakyat. Dan diatas segalanya adalah kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.” (Soekarno)
“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya.” (Pidato Hari Pahlawan 10 Nop.1961)
“Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka.” (Pidato HUT Proklamasi 1963 Bung Karno)
“……….Bangunlah suatu dunia di mana semua bangsa hidup dalam damai dan persaudaraan……” (Bung Karno)
“Kita belum hidup dalam sinar bulan purnama, kita masih hidup di masa pancaroba, tetaplah bersemangat elang rajawali “. (Pidato HUT Proklamasi, 1949 Soekarno)
“Janganlah mengira kita semua sudah cukup berjasa dengan segi tiga warna. Selama masih ada ratap tangis di gubuk-gubuk pekerjaan kita selesai ! Berjuanglah terus dengan mengucurkan sebanyak-banyak keringat.” (Pidato HUT Proklamasi, 1950 Bung Karno)
“Firman Tuhan inilah gitaku, Firman Tuhan inilah harus menjadi Gitamu : “Innallahu la yu ghoiyiru ma bikaumin, hatta yu ghoiyiru ma biamfusihim”. ” Tuhan tidak merobah nasibnya sesuatu bangsa sebelum bangsa itu merobah nasibnya” (Pidato HUT Proklamasi, 1964 Bung Karno)
“Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun”. (Bung Karno)
“Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia” . (Bung Karno)
“Tidak seorang pun yang menghitung-hitung: berapa untung yang kudapat nanti dari Republik ini, jikalau aku berjuang dan berkorban untuk mempertahankannya”. (Pidato HUT Proklamasi 1956 Bung Karno)
“Jadikan deritaku ini sebagai kesaksian, bahwa kekuasaan seorang presiden sekalipun ada batasnya. Karena kekuasaan yang langgeng hanyalah kekuasaan rakyat. Dan diatas segalanya adalah kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.” (Soekarno)
“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya.” (Pidato Hari Pahlawan 10 Nop.1961)
“Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka.” (Pidato HUT Proklamasi 1963 Bung Karno)
“……….Bangunlah suatu dunia di mana semua bangsa hidup dalam damai dan persaudaraan……” (Bung Karno)
“Kita belum hidup dalam sinar bulan purnama, kita masih hidup di masa pancaroba, tetaplah bersemangat elang rajawali “. (Pidato HUT Proklamasi, 1949 Soekarno)
“Janganlah mengira kita semua sudah cukup berjasa dengan segi tiga warna. Selama masih ada ratap tangis di gubuk-gubuk pekerjaan kita selesai ! Berjuanglah terus dengan mengucurkan sebanyak-banyak keringat.” (Pidato HUT Proklamasi, 1950 Bung Karno)
“Firman Tuhan inilah gitaku, Firman Tuhan inilah harus menjadi Gitamu : “Innallahu la yu ghoiyiru ma bikaumin, hatta yu ghoiyiru ma biamfusihim”. ” Tuhan tidak merobah nasibnya sesuatu bangsa sebelum bangsa itu merobah nasibnya” (Pidato HUT Proklamasi, 1964 Bung Karno)
“Laki-laki
dan perempuan adalah sebagai dua sayapnya seekor burung. Jika dua sayap sama
kuatnya, maka terbanglah burung itu sampai ke puncak yang setinggi-tingginya;
jika patah satu dari pada dua sayap itu, maka tak dapatlah terbang burung itu
sama sekali.” ( Sarinah, hlm 17/18 Bung Karno)
“Janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta! Masa yang
lampau adalah berguna sekali untuk menjadi kaca bengala dari pada masa yang
akan datang.” (Pidato HUT Proklamasi 1966, Soekarno)
“Apakah Kelemahan kita: Kelemahan kita ialah, kita kurang percaya diri kita sebagai bangsa, sehingga kita menjadi bangsa penjiplak luar negeri, kurang mempercayai satu sama lain, padahal kita ini asalnya adalah Rakyat Gotong Royong” (Pidato HUT Proklamasi, 1966 Bung Karno)
“Aku Lebih suka lukisan Samodra yang bergelombangnya memukul, mengebu-gebu, dari pada lukisan sawah yang adem ayem tentrem, “Kadyo siniram wayu sewindu lawase” (Pidato HUT Proklamasi 1964 Bung Karno)
“Apakah Kelemahan kita: Kelemahan kita ialah, kita kurang percaya diri kita sebagai bangsa, sehingga kita menjadi bangsa penjiplak luar negeri, kurang mempercayai satu sama lain, padahal kita ini asalnya adalah Rakyat Gotong Royong” (Pidato HUT Proklamasi, 1966 Bung Karno)
“Aku Lebih suka lukisan Samodra yang bergelombangnya memukul, mengebu-gebu, dari pada lukisan sawah yang adem ayem tentrem, “Kadyo siniram wayu sewindu lawase” (Pidato HUT Proklamasi 1964 Bung Karno)

